Hasil produksi rumput laut di Provinsi Jawa Barat masih belum
tereksplorasi sempurna karena baru menghasilkan Rp2,3 miliar pada tahun
2011. Bila kawasan laut Jabar selatan memiliki budidaya rumput laut,
jumlah itu diharapkan meningkat sampai Rp6 miliar/tahun.
Hal itu dikatakan Kepala Seksi Produksi Budidaya Dinas Perikanan dan
Perlautan (Diskanlut) Jabar Dede Hermawan di sela-sela studi banding ke
budidaya rumput laut di Teluk Gerupuk, Kabupaten Lombok Tengah, Prov.
Nusa Tenggara Timur, Rabu (23/11). "Jika dihitung-hitung, hasil
budidaya rumput laut belum sampai satu persen dari seluruh hasil
budidaya perikanan dan kelautan di Jabar," ujarnya.
Ia mengatakan, hasil itu merupakan produksi dari dua jenis budidaya
rumput laut. Jenis eucheumacottonii yang memerlukan air bersih ada di
perairan Loji, Kab. Sukabumi, sedangkan jenis grasilaria banyak terdapat
di wilayah perairan pantai utara Jabar.
Dituturkannya, hasil eucheumacottonii di Jabar pun sangat sedikit.
Hasil produksinya per bulan paling banyak 800 kilogram dalam kondisi
kering yang senilai dengan Rp 6,4 juta. Dalam setahun, produksi itu
setara dengan nilai Rp76,8 juta.
Padahal, Dede menambahkan, total produksi seluruh produk perikanan
dan kelautan di Jabar sampai Oktober 2011 saja mencapai Rp10,66 triliun.
Sebanyak Rp 8,6 triliun didapat dari budidaya Diskanlut se-Jabar dan
dari hasil tangkap masyarakat mencapai Rp2,06 triliun.
Oleh karena itu, Pemprov Jabar ingin semakin mengembangkan potensi
rumput laut setidaknya di empat kabupaten di selatan Jabar, yaitu
Tasikmalaya, Cianjur, Garut, dan Ciamis. Budidaya rumput laut itu sangat
mungkin dilakukan masyarakat karena modal awalnya mudah,
pemeliharaannya mudah, dan siklus panennya pun cepat sekitar 30-40 hari.
Kondisi budidaya rumput laut di Jabar memang masih sangat jauh bila
dibandingkan dengan NTB. Provinsi itu membagi wilayahnya menjadi 10
kawasan minapolitan yang keseluruhannya menjadikan rumput laut sebagai
program unggulan selain sapi dan jagung.
Karena itulah, hasil produksi rumput laut pun sangat banyak. Tahun
2011, produksinya mencapai 500 ribu ton dana tahun depan ditargetkan
mencapai 750 ribu ton. "Pada 2013, produksinya ditargetkan 1 juta ton
per tahun," kata Kepala Diskanlut NTB Ali Syahdan ketika ditemui di
kantornya di Kota Mataram. (A-160/das)***