Pages

Subscribe:

Blogger news

Blogroll

Sunday, March 18, 2012

join bisnis

jika anda bergerak di bidang usaha rumput laut, kami menawar kan jenis rumput laut. cottoni, baik putih maupun asin, atau jenis gracelia, dan jika anda berminat silah kan hubungi kami di : 087774880535
harga bisa nego.
insyaallah kami sangat mengutamakan mutu.
»»  Selengkapnya..

Thursday, February 16, 2012

Potensi ekonomi rumput laut triliunan rupiah

Potensi ekonomi rumput laut triliunan rupiah

Nilai potensi rumput laut "Gracilaria spp" jika dibudidayakan dengan baik bisa mencapai Rp10 triliun per tahun, sedang rumput laut jenis "Eucheuma spp" nilainya bisa mencapai Rp13 triliun/tahun




Bandarlampung (ANTARA News) - Nilai potensi ekonomi rumput laut (Gracilaria spp dan Eucheuma spp ) di Provinsi Lampung bisa mencapai triliunan rupiah per tahun bila dikelola dengan baik.

"Potensi ekonomi rumput laut Lampung sangat luar biasa, jika budidaya komoditas itu dilakukan dengan sungguh-sungguh," kata Guru Besar Fakultas Pertanian dan Ilmu Kelautan IPB, Prof Dr Ir Rokhmin Dahuri, di Bandarlampung, Kamis.

Ia menyebutkan, nilai potensi rumput laut "Gracilaria spp" jika dibudidayakan dengan baik bisa mencapai Rp10 triliun per tahun, sedang rumput laut jenis "Eucheuma spp" nilainya bisa mencapai Rp13 triliun/tahun.

Ia mengatakan, lahan tambak dan perairan laut yang dibutuhkan untuk budidaya rumput laut itu sekitar 50 ribu hektar.

Sementara lanjutnya, potensi ekonomi perikanan budidaya lainnya seperti udang vaname nilainya bisa mencapai belasan triliunan rupiah per tahun sedang udang windu bisa mencapai Rp2 triliun/tahun.

Di sisi lain menurut dia, potensi nilai ekonomi perikanan budidaya itu cukup dahsyat. "Jika kita mampu mengembangkan 100.000 ha tambak untuk budidaya udang vaname maka setahun produksinya mencapai 2 ton/tahun senilai 10 miliar dolar AS," kata dia.

Pendapatan petambak juga tinggi rata-rata Rp8 juta/ha/bulan, dan tenaga yang terserap sebanyak 400.000 orang.

Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan itu mengatakan khusus untuk budidaya rumput laut gracilaria dengan tambak seluas 200.000 ha maka tiap tahun dihasilkan 4 juta ton rumput laut kering atau senilai 2 miliar dolar dengan pendapatan petambak Rp3 juta/ha/bulan, dan lapangan kerja yang tercipta sekitar satu juta orang.

Selanjutnya menurut dia, bila satu juta hektar perairan laut dikembangkan untuk budidaya rumput laut Eucheuma spp, maka dalam setahun dapat diproduksi 20 juta rumput laut kering yang nilainya sebesar 20 miliar dolar.

Pendapatan pembudidaya komoditas itu lanjut dia, sekitar Rp12 juta/ha/bulan dan tenaga kerja yang terserap mencapai empat juta orang.

Ia menambahkan, jika rumput laut itu diproses lebih lanjut bisa menghasilkan sekitar 500 produk hilir termasuk berbagai produk farmasi, kosmetik, dan produk industri lainnya yang nilai ekonominya bisa berlipat ganda.

Sementara potensi perikanan tangkap di Lampung diperkirakan mencapai 388 ribu ton, tetapi yang baru tergali hanya 42 persen saja.
»»  Selengkapnya..

Harga anjlok, 30 hektare rumput laut tidak dipanen

Harga anjlok, 30 hektare rumput laut tidak dipanen


  
sumber:antara
Pekalongan (ANTARA News) - Sekira 30 hektare dari 40 hektare areal rumput laut di Kota Pekalongan, Jawa Tengah, tidak dipanen petani karena mereka kesulitan memasarkan hasil panenanya lantaran harganya anjlok.

Ketua Kelompok Tani Tambak Muara Rejeki Kota Pekalongan, Miftakhudin, di Pekalongan, Minggu, mengatakan bahwa saat ini para petani rumput laut mengalami kesulitan memasarkan komoditasnya karena permintaan dari pelanggan atau perusahaan terhenti.

"Selama ini permintaan rumput laut dari pelanggan sudah terhenti sehingga mengakibatkan harga rumput laut anjlok. Akibatnya, petani merugi dan membiarkan rumput laut tidak dipanen," katanya.

Menurut dia, saat ini sekitar 50 persen hasil produksi rumput laut rusak atau membusuk karena para petani lebih memilih membiarkan bahan makanan itu menumpuk dan tidak terurus di tambak.

Saat ini, kata dia, harga rumput laut hanya Rp350 per kilogram, padahal sebelumnya mencapai sekitar Rp1.000 per kilogram.

Ia mengatakan, budi daya rumput laut telah dilakukan para petani sejak 2006, dengan produksi sebanyak 20 ton setiap panen empat bulan sekali.

"Biaya budi daya rumput laut sekitar Rp5 juta per hektar, namun karena harga rumput laut anjlok, maka para petani memilih mendiamkan hasil panennya di tambak, meski kami harus merugi," katanya.

Ia berharap pemerintah segera bisa membantu mengatasi kesulitan yang sedang dihadapi para petani rumput laut agar mereka tidak merugi dan kembali melakukan budi daya tanaman tersebut.

"Kami sangat berharap pada pemerintah bisa membantu dengan menampung atau membeli produksi rumput laut dengan harga yang wajar," katanya.
(U.KR-KTD/M008)
»»  Selengkapnya..

BUDIDAYA RUMPUT LAUT


A. Latar Belakang
Rumput laut (sea weeds) yang dalam dunia ilmu pengetahuan dikenal sebagai Algae sangat populer dalam dunia perdagangan akhir - akhir ini.
Rumput laut dikenal pertama kali oleh bangsa Cina kira - kira tahun 2700 SM. Pada saat itu rumput laut banyak digunakan untuk sayuran dan obat - obatan. Pada tahun 65 SM, bangsa Romawi memanfaatkannya sebagai bahan baku kosmetik. Namun dengan perkembangan waktu, pengetahuan tentang rumput lautpun semakin berkembang. Spanyol, Perancis, dan Inggris menjadikan rumput laut sebagai bahan baku pembuatan gelas.
Kapan pemanfaatan rumput laut di Indonesia tidak diketahui. Hanya pada waktu bangsa Portugis datang ke Indonesia sekitar tahun 1292, rumput laut telah dimanfaatkan sebagai sayuran. Baru pada masa sebelum perang dunia ke - 2, tercatat bahwa Indonesia telah mengekspor rumput laut ke Amerika Serikat, Denmark, dan Perancis.

Sekarang ini rumput laut di Indonesia banyak dikembangkan di pesisir pantai Bali dan Nusa Tenggara. Mengingat panjangnya garis pantai Indonesia (81.000 km), maka peluang budidaya rumput laut sangat menjanjikan. Jika menilik permintaan pasar dunia ke Indonesia yang setiap tahunnya mencapai rata - rata 21,8 % dari kebutuhan dunia, sekarang ini pemenuhan untuk memasok permintaan tersebut masih sangat kurang, yaitu hanya berkisar 13,1%. Rendahnya pasokan dari Indonesia disebabkan karena kegiatan budidaya yang kurang baik dan kurangnya informasi tentang potensi rumput laut kepada para petani.

B. Kandungan
Rumput laut yang banyak dimanfaatkan adalah dari jenis ganggang merah (Rhodophyceae) karena mengandung agar - agar, keraginan, porpiran, furcelaran maupun pigmen fikobilin (terdiri dari fikoeretrin dan fikosianin) yang merupakan cadangan makanan yang mengandung banyak karbohidrat. Tetapi ada juga yang memanfaatkan jenis ganggang coklat (Phaeophyceae). Ganggang coklat ini banyak mengandung pigmen klorofil a dan c, beta karoten, violasantin dan fukosantin, pirenoid, dan lembaran fotosintesa (filakoid). Selain itu ganggang coklat juga mengandung cadangan makanan berupa laminarin, selulose, dan algin. Selain bahan - bahan tadi, ganggang merah dan coklat banyak mengandung jodium.

C. Manfaat
1. Agar - agar
Masyarakat pada umumnya mengenal agar - agar dalam bentuk tepung yang biasa digunakan untuk pembuatan puding. Akan tetapi orang tidak tahu secara pasti apa agar - agar itu. Agar - agar merupakan asam sulfanik yang meruapakan ester dari galakto linier dan diperoleh dengan mengekstraksi ganggang jenis Agarophytae. Agar - agar ini sifatnya larut dalam air panas dan tidak larut dalam air dingin.

Sekarang ini penggunaan agar - agar semakin berkembang, yang dulunya hanya untuk makanan saja sekarang ini telah digunakan dalam industri tekstil, kosmetik, dan lain - lain. Fungsi utamanya adalah sebagai bahan pemantap, dan pembuat emulsi, bahan pengental, bahan pengisi, dan bahan pembuat gel. Dalam industri, agar - agar banyak digunakan dalam industri makanan seperti untuk pembuatan roti, sup, saus, es krim, jelly, permen, serbat, keju, puding, selai, bir, anggur, kopi, dan cokelat. Dalam industri farmasi bermanfaat sebagai obat pencahar atau peluntur, pembungkus kapsul, dan bahan campuran pencetak contoh gigi. Dalam industri tekstil dapat digunakan untuk melindungi kemilau sutera. Dalam industri kosmetik, agar - agar bermanfaat dalam pembuatan salep, krem, lotion, lipstik, dan sabun. Selain itu masih banyak manfaat lain dari agar - agar, seperti untuk pembuatan pelat film, pasta gigi, semir sepatu, kertas, dan pengalengan ikan dan daging.

2. Keraginan
Keraginan merupakan senyawa polisakarida yang tersusun dari unit D-galaktosa dan L-galaktosa 3,6 anhidrogalaktosa yang dihubungkan oleh ikatan 1 - 4 glikosilik. Ciri kas dari keraginan adalah setiap unit galaktosanya mengikat gugusan sulfat, jumlah sulfatnya lebih kurang 35,1%.
Kegunaan keraginan hampir sama dengan agar - agar, antara lain sebagai pengatur keseimbangan, pengental, pembentuk gel, dan pengemulsi. Keraginan banyak digunakan dalam industri makanan untuk pembuatan kue, roti, makroni, jam, jelly, sari buah, bir, es krim, dan gel pelapis produk daging. Dalam industri farmasi banyak dimanfaatkan untuk pasta gigi dan obat - obatan. Selain itu juga dapat dimanfaatkan dalam industri tekstil, kosmetik dan cat.

3. Algin (Alginat)
Algin ini didapatkan dari rumput laut jenis algae coklat. Algin ini merupakan polimer dari asam uronat yang tersusun dalam bentuk rantai linier panjang. Bentuk algin di pasaran banyak dijumpai dalam bentuk tepung natrium, kalium atau amonium alginat yang larut dalam air.
Kegunaan algin dalam industri ialah sebagai bahan pengental, pengatur keseimbangan, pengemulsi, dan pembentuk lapisan tipis yang tahan terhadap minyak. Algin dalam industri banyak digunakan dalam industri makanan untuk pembuatan es krim, serbat, susu es, roti, kue, permen, mentega, saus, pengalengan daging, selai, sirup, dan puding. Dalam industri farmasi banyak dimanfaatkan untuk tablet, salep, kapsul, plester, dan filter. Industri kosmetik untuk cream, lotion, sampo, cat rambut,. Dan dalam industri lain seperti tekstil, kertas, fotografi, insektisida, pestisida, dan bahan pengawet kayu.

D. Fungsi TON dalam Ekologi Rumput Laut
Rumput laut pertama kali ditemukan hidup secara alami bukan hasil budidaya. Mereka tersebar di perairan sesuai dengan lingkungan yang dibutuhkannya. Rumput laut memerlukan tempat menempel untuk menunjang kehidupannya. Di alam tempat menempel ini bisa berupa karang mati, cangkang moluska, dan bisa juga berupa pasir dan lumpur.

Selain itu rumput laut sangat membutuhkan sinar matahari untuk melangsungkan proses fotosintesa. Banyaknya sinar matahari ini sangat dipengaruhi oleh kecerahan air laut. Supaya kebutuhan sinar matahari tersedia dalam jumlah yang optimal maka harus diatur kedalaman dalam membudidayakannya. Kedalaman idealnya adalah berada 30 - 50 cm dari permukaan air.

Proses fotosintesa rumput laut tidak hanya dipengaruhi oleh sinar matahari saja, tetapi juga membutuhkan unsur hara dalam jumlah yang cukup baik makro maupun mikro. Unsur hara ini banyak didapatkan dari lingkungan air yang diserap langsung oleh seluruh bagian tanaman. Untuk mensuplai unsur hara ini biasanya dilakukan pemupukan selama budidaya. Untuk membantu menyediakan unsur hara dalam jumlah yang optimal dan supaya cepat diserap oleh rumput laut ini, maka harus disediakan unsur hara yang sudah dalam keadaan siap pakai (ionik). Unsur hara ini banyak dikandung dalam TON (Tambak Organik Nusantara).

TON (Tambak Organik Nusantara), mengandung segala bahan-bahan yang dibutuhkan dalam pertumbuhan rumput laut. Baik menyediakan unsur hara mikro lengkap, juga menyediakan unsur makro. Selain itu TON juga akan meningkatkan kualitas rumput laut, karena akan menurunkan tingkat pencemaran logam berat yang juga akan terserap oleh rumput laut. Jika logam berat ini tidak ada yang mengikat, maka akan ikut terserap dalam proses absorbsi unsur hara dari rumput laut, sehingga sangat berbahaya bagi konsumen. Dengan adanya TON, logam berat ini akan terikat dalam bentuk senyawa dan akan mengendap atau sulit terserap oleh proses absorbsi.

Pertumbuhan rumput laut juga dipengaruhi oleh jumlah oksigen terlarut (DO), salinitas (kadar garam) dan temperatur. Kandungan Oksigen selain dipengaruhi oleh gerakan air juga dipengaruhi oleh ketersediaan unsur hara. Sehingga TON juga sangat penting untuk menunjang ketersediaan oksigen di perairan. Temperatur ideal bagi pertumbuhan rumput laut adalah berkisar 200 - 280 C

Dengan tersedianya unsur hara dalam jumlah yang optimal dan kondisi lingkungan yang seimbang karena pengaruh TON, maka kualitas dan kuantitas bahan - bahan yang dikandung oleh rumput laut juga akan meningkat.

Selain itu, pemakaian TON untuk budidaya rumput laut juga akan membantu mengikat senyawa - senyawa dan unsur - unsur berbahaya dalam perairan. Senyawa - senyawa dan unsur-unsur ini jika teradsorbsi dalam sistem metabolisme rumput laut, akan mengganggu pertumbuhan rumput laut dan juga akan menurunkan kualitas hasilnya. Selain itu jika rumput laut ini akan digunakan untuk bahan makanan, akan sangat berbahaya bagi yang menkonsumsinya. Kandungan senyawa karbon aktif dari TON akan sangat membantu untuk mereduksi senyawa-senyawa dan unsur - unsur berbahaya tersebut.

E. Budidaya Rumput Laut dan Cara Pemakaian TON (Tambak Organik Nusantara)
Dalam menjalankan budidaya rumput laut, pertama yang harus diperhatikan adalah pemilihan lokasi budidaya. Sebaiknya lokasi budidaya diusahakan di perairan yang tidak mengalami fluktuasi salinitas (kadar garam) yang besar dan bebas dari pencemaran industri maupun rumah tangga. Selain itu pemilihan lokasi juga harus mempertimbangkan aspek ekonomis dan tenaga kerja.

Budidaya rumput laut dapat dilakukan di areal pantai lepas maupun di tambak. Dalam pembahasan sekarang ini kita akan menekankan pada budidaya di tambak. Hal ini mengingat peran TON yang tidak efektif jika diperairan lepas (pantai). Untuk budidaya perairan lepas dibedakan dalam beberapa metode, yaitu :
1. Metode Lepas Dasar
Dimana cara ini dikerjakan dengan mengikatkan bibit rumput laut pada tali - tali yang dipatok secara berjajar - jajar di daerah perairan laut dengan kedalaman antara 30 - 60 cm. Rumput laut ditanam di dasar perairan.

2. Metode Rakit
Cara ini dikerjakan di perairan yang kedalamannya lebih dari 60 cm. Dikerjakan dengan mengikat bibit rumput di tali - tali yang diikatkan di patok - patok dalam posisi seperti melayang di tengah - tengah kedalaman perairan.

3. Metode Tali Gantung
Jika dua metode di atas posisi bibit - bibit rumput laut dalam posisi horizontal (mendatar), maka metode tali gantung ini dilakukan dengan mengikatkan bibit - bibit rumput laut dalam posisi vertikal (tegak lurus) pada tali - tali yang disusun berjajar.

Pemakaian TON dengan 3 cara di atas hanya dapat dilakukan dengan sistem perendaman bibit. Karena jika TON diaplikasikan di perairan akan tidak efektif dan akan banyak yang hilang oleh arus laut. Metode perendaman bibit dilakukan dengan cara :
1. Larutkan TON dalam air laut yang ditempatkan dalam wadah .
2. Untuk 1 liter air laut diberikan seperempat sendok makan (5 - 10 gr) TON dan tambahkan 1 - 2 cc Hormonik.
3. Rendam selama 4 - 5 jam, dan bibit siap ditanam.

Pemakaian TON akan sangat efektif jika diaplikasikan dalam budidaya rumput laut di tambak. Cara budidaya di tambak ini dapat dilakukan dengan metode tebar. Caranya adalah sebagai berikut :
1. Tambak harus dilengkapi saluran pemasukan dan pengeluaran.
2. Tambak dikeringkan dahulu.
3. Taburkan kapur agar pH-nya netral ( 0,5 - 2 ton per-hektar tergantung kondisi keasaman lahan).
4. Diamkan selama 1 minggu.
5. Aplikasikan TON, dengan dosis 1 - 5 botol per-hektar (untuk daerah - daerah yang tingkat pencemarannya tinggi, dosisnya ditinggikan), dengan cara dilarutkan dengan air dahulu, kemudian disebar secara merata di dasar tambak.
6. Diamkan 1 hari
7. Masukkan air sampai ketinggian 70 cm.
8. Tebarkan bibit rumput laut yang sudah direndam dengan TON dan hormonik seperti cara perendaman di atas. Dengan kepadatan 80 - 100 gram/m2.
9. Bila dasar tambak cukup keras, bibit dapat ditancapkan seperti penanaman padi.
10. Tidak perlu ditambah pupuk makro.

F. Pemeliharaan dan aplikasi TON (Tambak Organik Nusantara) susulan.
Selama budidaya, harus dilakukan pengawasan secara kontinyu. Khusus untuk budidaya di tambak harus dilakukaan minimal 1 - 2 minggu setelah penebaran bibit, hal ini untuk mengontrol posisi rumput laut yang ditebar. Biasanya karena pengaruh angin, bibit akan mengumpul di areal tertentu, jika demikian harus dipisahkan dan ditebar merata lagi di areal tambak.

Kotoran dalam bentuk debu air (lumpur terlarut/ suspended solid) sering melekat pada tanaman, apalagi pada perairan yang tenang seperti tambak. Pada saat itu, maka tanaman harus digoyang - goyangkan di dalam air agar tanaman selalu bersih dari kotoran yang melekat. Kotoran ini akan mengganggu metabolisme rumput laut. Beberapa tumbuhan laut seperti Ulva, Hypea, Chaetomorpha, dan Enteromorpha sering membelit tanaman. Tumbuhan - tumbuhan tersebut harus segera disingkirkan dan dipisahkan dari rumput laut agar tidak menurunkan kualitas hasil. Caranya dengan mengumpulkannya di darat. Bulu babi, ikan dan penyu merupakan hewan herbivora yang harus dicegah agar tidak memangsa rumput laut. Untuk menghindari itu biasanya dipasang jaring disekeliling daerah budidaya. Untuk budidaya di tambak di lakukan dengan memasang jaring di saluran pemasukan dan pengeluaran.

G. Pemanenan
Pada tahap pemanenan ini harus diperhatikan cara dan waktu yang tepat agar diperoleh hasil yang sesuai dengan permintaan pasar secara kualitas dan kuantitas.

Tanaman dapat dipanen setelah umur 6 - 8 minggu setelah tanam. Cara memanen adalah dengan mengangkat seluruh tanaman rumput laut ke darat. Rumput laut yang dibudidayakan di tambak dipanen dengan cara rumpun tanaman diangkat dan disisakan sedikit untuk dikembangbiakkan lebih lanjut. Atau bisa juga dilakukan dengan cara petik dengan memisahkan cabang - cabang dari tanaman induknya, tetapi cara ini akan berakibat didapatkannya sedikit keraginan dan pertumbuhan tanaman induk untuk budidaya selanjutnya akan menurun.

Jika rumput laut dipanen pada usia sekitar satu bulan, biasanya akan diperoleh perbandingan berat basah dan berat kering 8 : 1, dan jika dipanen pada usia dua bulan biasanya akan didapat perbandingan 6 : 1. Untuk jenis gracilaria biasanya diperoleh hasil panen sekitar 1500 - 2000 kg rumput laut kering per- hektarnya. Diharapkan dengan penggunaan TON (Tambak Organik Nusantara) akan meningkat sekitar 30 - 100 %.
»»  Selengkapnya..

Standar Nasional Indonesia untuk rumput laut

 Ketua Asosiasi Petani dan Pengusaha Rumput Laut Indonesia (Aspperli) Sulawesi Selatan, Arman Arfah, mengatakan, tahun 2012, diharapkan Indonesia sudah menerapkan rumput laut yang bersertifikasi SNI (Standar Nasional Indonesia).
Menurutnya, penerapan SNI pada rumput laut merupakan salah satu strategi untuk mencegah harga komoditi tersebut anjlok. Turunnya harga rumput laut, katanya, selain karena panen raya, umumnya dikarenakan kualitas dari rumput laut yang kurang baik.
"Kami sementara menggodok penerapan SNI pada rumput laut. Standarisasi mutu rumput laut Indonesia ini sudah mengarah ke perbaikan mutu. Ini akan jadi acuan dan kita berharap penerapannya sudah terlaksana 2012 mendatang," katanya, Selasa (29/11/2011) di Makassar.
Dikatakan, standar rumput laut ini bukan hanya peran petani, namun juga pemerintah, pengusaha, dan juga stakeholder terkait melalui kerjasama.
Olehnya itu, sosialisasi sudah dijalankan mulai sekarang agar petani bisa meningkatkan mutu rumput laut guna menjaga harga. Yang tak kalah pentingnya adalah membangun kemitraan dalam produksi, pengolahan, serta pemasaran komoditi rumput laut.
Secara nasional, katanya, produksi rumput laut 2010 berada di posisi 190 ribu ton. Jumlah ini dari tiga jenis rumput laut yang dikembangkan, yakni Cottoni, Gracilaria, serta Spinosum. Kontribusi Sulsel sekitar 40 persen dan dikemungkinannya tahun ini mengalami peningkatan dikisaran 10 persen. (tribunneus.com)
»»  Selengkapnya..

Potensi Rumput belum Tereksplorasi Optimal

Hasil produksi rumput laut di Provinsi Jawa Barat masih belum tereksplorasi sempurna karena baru menghasilkan Rp2,3 miliar pada tahun 2011. Bila kawasan laut Jabar selatan memiliki budidaya rumput laut, jumlah itu diharapkan meningkat sampai Rp6 miliar/tahun.
Hal itu dikatakan Kepala Seksi Produksi Budidaya Dinas Perikanan dan Perlautan (Diskanlut) Jabar Dede Hermawan di sela-sela studi banding ke budidaya rumput laut di Teluk Gerupuk, Kabupaten Lombok Tengah, Prov. Nusa Tenggara Timur, Rabu (23/11). "Jika dihitung-hitung, hasil budidaya rumput laut belum sampai satu persen dari seluruh hasil budidaya perikanan dan kelautan di Jabar," ujarnya.
Ia mengatakan, hasil itu merupakan produksi dari dua jenis budidaya rumput laut. Jenis eucheumacottonii yang memerlukan air bersih ada di perairan Loji, Kab. Sukabumi, sedangkan jenis grasilaria banyak terdapat di wilayah perairan pantai utara Jabar.
Dituturkannya, hasil eucheumacottonii di Jabar pun sangat sedikit. Hasil produksinya per bulan paling banyak 800 kilogram dalam kondisi kering yang senilai dengan Rp 6,4 juta. Dalam setahun, produksi itu setara dengan nilai Rp76,8 juta.
Padahal, Dede menambahkan, total produksi seluruh produk perikanan dan kelautan di Jabar sampai Oktober 2011 saja mencapai Rp10,66 triliun. Sebanyak Rp 8,6 triliun didapat dari budidaya Diskanlut se-Jabar dan dari hasil tangkap masyarakat mencapai Rp2,06 triliun.
Oleh karena itu, Pemprov Jabar ingin semakin mengembangkan potensi rumput laut setidaknya di empat kabupaten di selatan Jabar, yaitu Tasikmalaya, Cianjur, Garut, dan Ciamis. Budidaya rumput laut itu sangat mungkin dilakukan masyarakat karena modal awalnya mudah, pemeliharaannya mudah, dan siklus panennya pun cepat sekitar 30-40 hari.
Kondisi budidaya rumput laut di Jabar memang masih sangat jauh bila dibandingkan dengan NTB. Provinsi itu membagi wilayahnya menjadi 10 kawasan minapolitan yang keseluruhannya menjadikan rumput laut sebagai program unggulan selain sapi dan jagung.
Karena itulah, hasil produksi rumput laut pun sangat banyak. Tahun 2011, produksinya mencapai 500 ribu ton dana tahun depan ditargetkan mencapai 750 ribu ton. "Pada 2013, produksinya ditargetkan 1 juta ton per tahun," kata Kepala Diskanlut NTB Ali Syahdan ketika ditemui di kantornya di Kota Mataram. (A-160/das)***
»»  Selengkapnya..